Entri yang Diunggulkan

Hijrah ke Habsyi

Hijrah ke Habsyi (Habasyah) A.      Sebab-sebab kaum muslimin hijrah ke Habsyi Nabi Muhammad saw tidak tahan menyaksikan penderita...

Senin, 25 Juni 2012

Utsman bin Affan


Kepribadian dan perjuangan Utsman
Utsman bin Affan dilahirkan Thaif pada tanggal 576 M. nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abu Ash bin Umayah. Beliau adalah putera dari pasangan Affan bin Abu Ash bin Umayah dengan Urwah binti Al baidik binti Abdul Muthalib.
Garis keturunan utsman akan bertemu dengan rasulullah SAW pada keturunan Abdul Manaf bin Qusyai.
Sebelum masuk islam, ia merupakan saudagar kaya raya di tanah arab karena ia sejak kecil sudah dilatih oleh orang tuanya berniaga mengarungi padang pasir ke negri tetanga yaitu negri syam dan hira, sehingga ia digelarkan dengan nama "Al-Ghani" (kaya raya). Beliau masuk islam lantaran ajakan Abu Bakar ash shidiq dan menjadi salah seorang sahabat dekat nabi SAW.
Utsman juga merupakan menantu rasulullah saw karena ia menikahi puterinya yang bernama Ruqaiyah. Setelah ruqaiyah meninggal, maka nabi menikahkannya dengan puteri yang kedua yaitu Ummu kultsum. Oleh karena itulah, Utsman terkenal dengan julukkan " Dzun Nurain" yang berarti mempunyai dua cahaya.
Ummu kultsum meninggal dunia pada tahun 9 H. setelah itu rasulullah berkata kepada Utsman "andaikata ada puteri kami yang ketiga tentu akan kami nikahkan pula dengan engkau".
Setelah ummu kultsum meninggal dunia, Utsman menikah lagi sebanyak 7 kali dan ia diberi anak berjumlah 16 orang. Isteri yang terakhirnya adalah Nailah binti Furaifisha.
Meskipun Utsman sangat kaya raya tetapi berlaku sederhana dan mempunyai sifat pemurah sehingga harta kekayaannya digunakan untuk kejayaan islam. Ini terbukti rasulullah menyerahkan "Jaisyul Usrah" pada perang tabuk, maka Utsman mendermakan 950 ekor unta, 59 ekor kuda dan 1000 dirham untuk keperluan perang melawan Byzantium diperbatasan Palestina. Beliau juga membeli mata air orang-orang romawi yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan umat islam. Dan beliau juga pernah meriwayatkan kurang lebih 150 hadits.
Seperti halnya umar, Utsman naik menjadi khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya, umar dipilih atas penunjukkan langsung sedangkan Utsman diangkat atas penunjukkan tidak langsung, yaitu melewati badan syuro yang dibentuk oleh umar menjelang wafatnya. Khalifah umar membentuk sebuah komisi yang terdiri dari 6 orang calon, dengan perintah memilih salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka itu ialah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Zubair bin Marwan, Saad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin Auf, serta seorang dari putera umar yaitu Abdullah di tambahkan pada komisi tersebut. Tetapi ia hanya mempunyai hak memilih dan tidak berhak dipilih.
Setelah umar berpulang ke rahmatullah, maka sahabat-sahabat yang berenam itu berkumpul untuk bermusyawarah. Abdurrahman bin ‘Auf mengusulkan agar dia diperkenankan mengundurkan diri. Tetapi kepadanya ditugaskan bermusyawarah dengan kaum muslimin, dan memilih seorang untuk menjadi khalifah diantara sahabat-sahabat yang telah ditunjuk oleh umar.
Usul Abdurrahman ini diterima oleh para sahabat, dan diadakanlah perjanjian. Sahabat-sahabat itu berjanji memenuhi apa yang diusulkan oleh Abdurrahman, dan Abdurrahman berjanji berlaku benar dan adil.
Maka bermusyawarahlah Abdurrahman dengan segenap lapisan kaum muslimin, begitu juga dengan para calon. Dari permusyawaratan itu dapatlah ia mengambil kesimpulan bahwa pendapat tertuju kepada Utsman dan Ali. Maka dipilihnyalah Utsman, karena Utsman lebih tua dari Ali dan perilakunya pun lunak.
Masa pemerintahan Utsman adalah yang tepanjang dari semua khalifah di zaman khulafur rasyidin, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses, sehingga zaman pemerintahaan Utsman dibagi menjadi dua periode, yaitu 6 tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik atau disebut juga zaman aman sedangkan 6 tahun kedua merupakan masa pemerintahan yang buruk atau disebut juga zaman Fitnatul Kubra (huru hara).

Jasa-jasa Utsman
Zaman keamanan merupakan zaman kejayaan yang dilakukan oleh khalifah Utsman dalam menyebar dan memperkembangluaskan islam, diantaranya:

1.      Perluasan wilayah islam
Utsman melanjutkan kebijakan Umar bin Khatab yaitu melanjutkan penaklukan-penaklukan. Penaklukan itu berlangsung lewat jalan darat dan laut. Perluasan wilayah pada masa Utsman adalah Cyprus, Afganistan, Libya, Algeria, Tunisia, dan Marocco. Beliau juga bertanggung jawab dalam menumbuhkan angkatan laut islam yang pertama bagi menjamin keselamatan dan melakukan peluasan kuasa.

2.      Melakukan pembukuan Al-Quran
Perkembangan wilayah islam membuat jumlah pemeluknya juga makin bertambah. Di setiap wilayah baru, disitu pula al-Quran ditinggalkan beserta penghafalnya. Akan tetapi al-Quran tersebut beragam bentuknya dan ditakutkan akan tejadi perselisihan. Maka Utsman membentuk panitia penyusunan mushaf al-Quran yang diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Haris. Salinan kumpulan al-Quran tersebut dinamakan al-Mushaf.

3.      Membesarkan mesjid Nabawi
Mesjid nabawi telah menjadi padat karena dipenuhi oleh jemaah yang semakin ramai. Oleh karena itu, Utsman telah membesarkan mesjid tersebut dengan membeli tanah bagi memperluaskan kawasan tersebut pada tahun 29 H.

4.      Menyebarkan dakwah islam
Khalifah Utsman sering berdakwah di penjara dan beliau berjaya mengislamkan banyak orang. Beliau juga banyak mengajar hukum-hukum islam kepada rakyatnya dan menyebarkan para pendakwah ke setiap penjuru negri.

Peristiwa fitnah dan terbunuhnya Utsman
Pada akhir tahun 34 Hijrah, pemerintahan islam dilanda fitnah. Sasaran fitnah itu tersebut adalah khalifah Utsman hingga mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.
Fitnah yang keji datang dari mesir berupa uduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umrah pada bulan Rajab. Ali bin Abi Thalib mati-matian membela Utsman dan menyangkal tuduhan mereka.

Sebab-sebab terjadinya peristiwa fitnah adalah:
1.      Utsman bin Affan mengangkat pejabat-pejabat dari kalangan keluarganya (bani Umayah).
2.      Hilangnya pengaruh kaum Anshar dan bani Hasyim dalam pemerintahan islam.
3.      Kesederhanaan dan kemurahan hati Utsman mmbuatnya tidak bisa bersikap tegas.
4.      Kaum munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba' menyebarkan hasutan kepada kalangan kaum muslimin.

Pada tahun 656 M terjadi pemberontakan di Mesir. Mereka menuntut agar gubenur mesir diganti. Mereka juga memita Utsman bin affan untuk menyerahkan Marwan bin Hakam kepada mereka. Tetapi hal itu tidak disetujui oleh Utsman bin Affan. Pada tanggal 17 juni 656 M mereka memasuki rmah Utsman bin Affan dan membunuh Utsman yang tengah membaca al-Quran. Utsman meninggal pada usia 82 tahun setelah memerintah selama 12 tahun.

Akibat dari terbunuhnya Utsman bin Affan adalah:
1.      Bangkitnya kembali semangat kesukuan arab
2.      Pecahnya kesatuan umat islam
3.      Gerakkan perluasan islam mengalami kemunduran
4.      Pecahnya perang saudara yang turun temurun dalam islam.

Khalifah Ali bin Abi Thalib


Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali dilahirkan di Mekah, daerah Hijaz tanggal 13 Rajab 23 SH / 599 M. Beliau dilahirkan dari pasangan Abi Thalib bin Abdul Muthalib dengan Fatimah binti Asad. Nama asli Ali adalah Haydar bin Abi Thalib, yang berarti singa, ini adalah harapan keluarga Abi Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan quraisy mekah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, maka Muhammad saw., memanggilnya dengan Ali yang berarti tinggi, dengan harapan ia mempunyai derajat tinggi di sisi Allah.

Muhammad saw., diasuh oleh Abi Thalib sesudah Abdul Muthalib meninggal. Kemudian, karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali diambil Muhammad saw., diasuh dan didiknya. Hal ini dapat meringankan hidup Abu Thalib, lebih-lebih waktu negeri mekah ditimpa bahaya kelaparan.

Di waktu Muhammad menjadi rasul, Ali termasuk orang yang pertama menyatakan imannya setelah Khadijah istri nabi sendiri sedangkan waktu itu Ali masih kanak-kanak. Oleh karena itu, Ali terkenal sebagai kanak-kanak yang mula-mula beriman.

Ali semenjak kecil sudah didik dengan adab dan budi pekerti islam. Lidahnya amat fasih berbicara, dan dalam hal ini ia terkenal ulung. Pengetahuannya dalam agama islam amat luas. Keberaniannya juga masyhur dan hampir diseluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada dilapisan muka, bergulat atau perang tanding, dengan tak takut mati. Ali juga bersedia tidur di kamar nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan mengagalkan hijrah nabi. Beliau tidur menampakkan kesan nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur. Sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan nabi dengan putri kesayangannya Fatimah Az-Zahra yang banyak dinanti para Pemuda. Adapun julukkan Ali adalah Abu Turab yang berarti tanah. Julukkan ini dipakai ketika Muhammad mencari menantunya Ali, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "duduklah wahai Abu turab, duduklah".  Julukkan ini adalah yang paling disukai oleh Ali.

Adapun pertempuran yang diikuti Ali pada masa Nabi adalah:
1.      Perang Badar, merupakan perang pertama dalam sejarah islam. Disni Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman nabi.
2.      Perang Khandaq, pada perang ini menjadi saksi nyata keberanian Ali ketika memerangi Amar bin Abdi Wud dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdu Wud terbelah menjadi dua bagian.
3.      Perang Khaibar merupakan peperangan antara kaum muslimin dengan orang yahudi, yang telah melanggar perjanjian Hudaibiyah. Pada perang ini yahudi bertahan di benteng Khaibar yang sangat kokoh. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng khaibar, ternyata ali mendapat kehormatan untuk menghancurkan dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab.

Menjadi Khalifah

Ketika Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah keempat menggantikan khalifah Ustman bin Affan, maka Ali dalam masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, Ali memerintah hanya sekitar 5 tahun. Selain mewarisi kekacauan-kekacauan, dari pihak Ali sendiri mengeluarkan dua buah ketetapan yang dapat menambah kekacauan tersebut, yaitu
1.      Memecat kepala daerah angkatan Ustman, dan dikirimnya kepala daerah baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali itu terpaksa kembali saja ke Madinah, karena tak dapat memasuki daerah yang ditugaskan kepadanya.
2.      Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Ustman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah dan tanpa alasan yang jelas.

Banyak pendukung-pendukung dan kaum kerabat Ali yang menasehatinya supaya menangguhkan perbuatan tersebut sampai keadaan stabil. Tetapi Ali kurang mengindahkannya sehingga mendapatkan tantangan dan perlawanan dari orang-orang yang benci kepada Ali.

Adapun tantangan atau pertempuran yang dialami Ali ketika menjadi khalifah diantaranya:
1.      Perang Jamal, adalah peperangan antara Ali dan Aisyah isteri Rasulullah. Perang ini merupakan perang pertama kali sesame umat muslim, dari pihak Ali membawa 20.000 pasukan sedangkan dari pihak Aisyah membawa 30.000 pasukan dengan dipimpin oleh tiga orang yaitu:Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Aisyah binti Abu bakar. Pada peperangan ini dimenangkan oleh Ali dan Aisyah sendiri dihormati dan dipulangkan ke Mekah dengan dikawal oleh pasukan khusus yang diutus oleh Ali. Sedangkan Zubair dan Talhah sendiri terbunuh dalam peperangan tersebut.
Disebut perang jamal (unta) karena Aisyah memimpin perang tersebut menunggangi unta.

2.      Perang Shiffin, adalah peperangan antara Ali dan Mu'awiyah. Mu'awiyah adalah anak Abu Sufyan pamannya Ustman. Ia merupakan pemuka bani umaiyah yang amat disegani dan dipatuhi oleh laskarnya.
Pada peperangan ini hampir saja, dimenangkan oleh Ali dengan sempurna tetapi Amr bin Ash mengangkat mushaf (al-Quran) dengan unjung tombaknya, dengan seruan yang ditujukkan kepada lasykar Ali: “inilah kitabullah yang akan menjadi hakim antara kami dan kamu”. Seruan lasykar Mu’awiyah ini mendapat sambutan baik dari lasykar Ali dan memperkenankan seruan itu sehingga terjadilah sebuah Tahkim (arbitrase), yaitu sebuah proses dari kedua golongan bersepakat bahwa masing-masingnya untuk memilih seorang hakim. Kedua hakim berkumpul dan berunding membahas sebab-musabab perselisihan, sehingga di dapat satu jalan untuk menyelesaikannya. Ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 34H. dari pihak Mu’awiyah diwakili oleh Amr bin Ash sedangkan dari pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asyari.

Pada peristiwa tahkim ini telah menguntungkan Mu’awiyah, tetapi keuntungan itu bukanlah karena diumumkan pemberhentian Ali, dan penetepan Mu’awiyah sebagai Khalifah, melainkan karena peristiwa tahkim itu telah menimbulkan perpecahan pada kelompok Ali, yaitu menjadi dua kelompok, pertama kelompok pendukung setia Ali yang disebut dengan syiah, kedua kelompok yang keluar dari barisan Ali yang disebut Khawarij.

Kaum khawarij mulailah memberontak dan meninggalkan Ali, dengan alasan bahwa Ali menerima tahkim, padahal kebanyakan kaum khawarij memaksakan Ali supaya menerima tahkim, sehingga kaum ini membentuk tiga kelompok yang bertugas untuk membunuh orang-orang yang terlibat dengan proses tahkim.

Ketiga kelompok tersebut yaitu:
1.      Kelompok yang dipimpin oleh Abdurahman bin Muljam, yang pergi ke Kufah untuk membunuh Ali.
2.      Kelompok yang dipimpin oleh Barak bin Abdillah at Tamimi, yang pergi ke Syam untuk membunuh Mu’awiyah.
3.      Kelompok yang dipimpin oleh Amr bin Bakr at Tamimi, yang berangkat ke Mesir untuk membunuh Amr bin Ash.

Dari ketiga kelompok tersebut yang berhasil melaksanakan tugasnya adalah Abdurahman bin Muljam yang membunuh Ali ketika sedang melaksanakan shalat shubuh di mesjid kufah pada tanggal 19 Ramadhan 40 H. dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan 40 H pada usia 63 tahun.