Entri yang Diunggulkan

Hijrah ke Habsyi

Hijrah ke Habsyi (Habasyah) A.      Sebab-sebab kaum muslimin hijrah ke Habsyi Nabi Muhammad saw tidak tahan menyaksikan penderita...

Senin, 25 Juni 2012

Khalifah Ali bin Abi Thalib


Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali dilahirkan di Mekah, daerah Hijaz tanggal 13 Rajab 23 SH / 599 M. Beliau dilahirkan dari pasangan Abi Thalib bin Abdul Muthalib dengan Fatimah binti Asad. Nama asli Ali adalah Haydar bin Abi Thalib, yang berarti singa, ini adalah harapan keluarga Abi Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan quraisy mekah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, maka Muhammad saw., memanggilnya dengan Ali yang berarti tinggi, dengan harapan ia mempunyai derajat tinggi di sisi Allah.

Muhammad saw., diasuh oleh Abi Thalib sesudah Abdul Muthalib meninggal. Kemudian, karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali diambil Muhammad saw., diasuh dan didiknya. Hal ini dapat meringankan hidup Abu Thalib, lebih-lebih waktu negeri mekah ditimpa bahaya kelaparan.

Di waktu Muhammad menjadi rasul, Ali termasuk orang yang pertama menyatakan imannya setelah Khadijah istri nabi sendiri sedangkan waktu itu Ali masih kanak-kanak. Oleh karena itu, Ali terkenal sebagai kanak-kanak yang mula-mula beriman.

Ali semenjak kecil sudah didik dengan adab dan budi pekerti islam. Lidahnya amat fasih berbicara, dan dalam hal ini ia terkenal ulung. Pengetahuannya dalam agama islam amat luas. Keberaniannya juga masyhur dan hampir diseluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada dilapisan muka, bergulat atau perang tanding, dengan tak takut mati. Ali juga bersedia tidur di kamar nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan mengagalkan hijrah nabi. Beliau tidur menampakkan kesan nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur. Sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan nabi dengan putri kesayangannya Fatimah Az-Zahra yang banyak dinanti para Pemuda. Adapun julukkan Ali adalah Abu Turab yang berarti tanah. Julukkan ini dipakai ketika Muhammad mencari menantunya Ali, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "duduklah wahai Abu turab, duduklah".  Julukkan ini adalah yang paling disukai oleh Ali.

Adapun pertempuran yang diikuti Ali pada masa Nabi adalah:
1.      Perang Badar, merupakan perang pertama dalam sejarah islam. Disni Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman nabi.
2.      Perang Khandaq, pada perang ini menjadi saksi nyata keberanian Ali ketika memerangi Amar bin Abdi Wud dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdu Wud terbelah menjadi dua bagian.
3.      Perang Khaibar merupakan peperangan antara kaum muslimin dengan orang yahudi, yang telah melanggar perjanjian Hudaibiyah. Pada perang ini yahudi bertahan di benteng Khaibar yang sangat kokoh. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng khaibar, ternyata ali mendapat kehormatan untuk menghancurkan dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab.

Menjadi Khalifah

Ketika Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah keempat menggantikan khalifah Ustman bin Affan, maka Ali dalam masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, Ali memerintah hanya sekitar 5 tahun. Selain mewarisi kekacauan-kekacauan, dari pihak Ali sendiri mengeluarkan dua buah ketetapan yang dapat menambah kekacauan tersebut, yaitu
1.      Memecat kepala daerah angkatan Ustman, dan dikirimnya kepala daerah baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali itu terpaksa kembali saja ke Madinah, karena tak dapat memasuki daerah yang ditugaskan kepadanya.
2.      Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Ustman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah dan tanpa alasan yang jelas.

Banyak pendukung-pendukung dan kaum kerabat Ali yang menasehatinya supaya menangguhkan perbuatan tersebut sampai keadaan stabil. Tetapi Ali kurang mengindahkannya sehingga mendapatkan tantangan dan perlawanan dari orang-orang yang benci kepada Ali.

Adapun tantangan atau pertempuran yang dialami Ali ketika menjadi khalifah diantaranya:
1.      Perang Jamal, adalah peperangan antara Ali dan Aisyah isteri Rasulullah. Perang ini merupakan perang pertama kali sesame umat muslim, dari pihak Ali membawa 20.000 pasukan sedangkan dari pihak Aisyah membawa 30.000 pasukan dengan dipimpin oleh tiga orang yaitu:Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Aisyah binti Abu bakar. Pada peperangan ini dimenangkan oleh Ali dan Aisyah sendiri dihormati dan dipulangkan ke Mekah dengan dikawal oleh pasukan khusus yang diutus oleh Ali. Sedangkan Zubair dan Talhah sendiri terbunuh dalam peperangan tersebut.
Disebut perang jamal (unta) karena Aisyah memimpin perang tersebut menunggangi unta.

2.      Perang Shiffin, adalah peperangan antara Ali dan Mu'awiyah. Mu'awiyah adalah anak Abu Sufyan pamannya Ustman. Ia merupakan pemuka bani umaiyah yang amat disegani dan dipatuhi oleh laskarnya.
Pada peperangan ini hampir saja, dimenangkan oleh Ali dengan sempurna tetapi Amr bin Ash mengangkat mushaf (al-Quran) dengan unjung tombaknya, dengan seruan yang ditujukkan kepada lasykar Ali: “inilah kitabullah yang akan menjadi hakim antara kami dan kamu”. Seruan lasykar Mu’awiyah ini mendapat sambutan baik dari lasykar Ali dan memperkenankan seruan itu sehingga terjadilah sebuah Tahkim (arbitrase), yaitu sebuah proses dari kedua golongan bersepakat bahwa masing-masingnya untuk memilih seorang hakim. Kedua hakim berkumpul dan berunding membahas sebab-musabab perselisihan, sehingga di dapat satu jalan untuk menyelesaikannya. Ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 34H. dari pihak Mu’awiyah diwakili oleh Amr bin Ash sedangkan dari pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asyari.

Pada peristiwa tahkim ini telah menguntungkan Mu’awiyah, tetapi keuntungan itu bukanlah karena diumumkan pemberhentian Ali, dan penetepan Mu’awiyah sebagai Khalifah, melainkan karena peristiwa tahkim itu telah menimbulkan perpecahan pada kelompok Ali, yaitu menjadi dua kelompok, pertama kelompok pendukung setia Ali yang disebut dengan syiah, kedua kelompok yang keluar dari barisan Ali yang disebut Khawarij.

Kaum khawarij mulailah memberontak dan meninggalkan Ali, dengan alasan bahwa Ali menerima tahkim, padahal kebanyakan kaum khawarij memaksakan Ali supaya menerima tahkim, sehingga kaum ini membentuk tiga kelompok yang bertugas untuk membunuh orang-orang yang terlibat dengan proses tahkim.

Ketiga kelompok tersebut yaitu:
1.      Kelompok yang dipimpin oleh Abdurahman bin Muljam, yang pergi ke Kufah untuk membunuh Ali.
2.      Kelompok yang dipimpin oleh Barak bin Abdillah at Tamimi, yang pergi ke Syam untuk membunuh Mu’awiyah.
3.      Kelompok yang dipimpin oleh Amr bin Bakr at Tamimi, yang berangkat ke Mesir untuk membunuh Amr bin Ash.

Dari ketiga kelompok tersebut yang berhasil melaksanakan tugasnya adalah Abdurahman bin Muljam yang membunuh Ali ketika sedang melaksanakan shalat shubuh di mesjid kufah pada tanggal 19 Ramadhan 40 H. dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan 40 H pada usia 63 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar