Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Mekah, daerah Hijaz tanggal
13 Rajab 23 SH / 599 M. Beliau dilahirkan dari pasangan Abi Thalib bin Abdul
Muthalib dengan Fatimah binti Asad. Nama asli Ali adalah Haydar bin Abi Thalib,
yang berarti singa, ini adalah harapan keluarga Abi Thalib untuk mempunyai
penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan
quraisy mekah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar,
maka Muhammad saw., memanggilnya dengan Ali yang berarti tinggi, dengan harapan
ia mempunyai derajat tinggi di sisi Allah.
Muhammad saw., diasuh oleh Abi Thalib sesudah
Abdul Muthalib meninggal. Kemudian, karena hasrat hendak menolong dan membalas
jasa kepada pamannya, maka Ali diambil Muhammad saw., diasuh dan didiknya. Hal
ini dapat meringankan hidup Abu Thalib, lebih-lebih waktu negeri mekah ditimpa
bahaya kelaparan.
Di waktu Muhammad menjadi rasul, Ali termasuk
orang yang pertama menyatakan imannya setelah Khadijah istri nabi sendiri
sedangkan waktu itu Ali masih kanak-kanak. Oleh karena itu, Ali terkenal
sebagai kanak-kanak yang mula-mula beriman.
Ali semenjak kecil sudah didik dengan adab
dan budi pekerti islam. Lidahnya amat fasih berbicara, dan dalam hal ini ia
terkenal ulung. Pengetahuannya dalam agama islam amat luas. Keberaniannya juga
masyhur dan hampir diseluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali
senantiasa berada dilapisan muka, bergulat atau perang tanding, dengan tak
takut mati. Ali juga bersedia tidur di kamar nabi untuk mengelabui orang-orang
Quraisy yang akan mengagalkan hijrah nabi. Beliau tidur menampakkan kesan nabi
yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang
tidur. Sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh nabi yang telah meloloskan
diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah,
Ali dinikahkan nabi dengan putri kesayangannya Fatimah Az-Zahra yang banyak
dinanti para Pemuda. Adapun julukkan Ali adalah Abu Turab yang berarti tanah.
Julukkan ini dipakai ketika Muhammad mencari menantunya Ali, ternyata Ali
sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya.
Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil
berkata, "duduklah wahai Abu turab, duduklah". Julukkan ini adalah yang paling disukai oleh
Ali.
Adapun pertempuran yang diikuti Ali pada masa
Nabi adalah:
1.
Perang Badar, merupakan
perang pertama dalam sejarah islam. Disni Ali betul-betul menjadi pahlawan
disamping Hamzah, paman nabi.
2.
Perang Khandaq, pada perang
ini menjadi saksi nyata keberanian Ali ketika memerangi Amar bin Abdi Wud
dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdu Wud
terbelah menjadi dua bagian.
3.
Perang Khaibar merupakan
peperangan antara kaum muslimin dengan orang yahudi, yang telah melanggar
perjanjian Hudaibiyah. Pada perang ini yahudi bertahan di benteng Khaibar yang
sangat kokoh. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng khaibar,
ternyata ali mendapat kehormatan untuk menghancurkan dan berhasil membunuh
seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab.
Menjadi Khalifah
Ketika Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi
khalifah keempat menggantikan khalifah Ustman bin Affan, maka Ali dalam masa
pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah khalifah
sebelumnya. Oleh karena itu, Ali memerintah hanya sekitar 5 tahun. Selain
mewarisi kekacauan-kekacauan, dari pihak Ali sendiri mengeluarkan dua buah
ketetapan yang dapat menambah kekacauan tersebut, yaitu
1. Memecat kepala daerah angkatan Ustman, dan dikirimnya kepala
daerah baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali itu
terpaksa kembali saja ke Madinah, karena tak dapat memasuki daerah yang
ditugaskan kepadanya.
2. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Ustman kepada
famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah dan tanpa alasan yang
jelas.
Banyak pendukung-pendukung dan kaum kerabat
Ali yang menasehatinya supaya menangguhkan perbuatan tersebut sampai keadaan
stabil. Tetapi Ali kurang mengindahkannya sehingga mendapatkan tantangan dan perlawanan
dari orang-orang yang benci kepada Ali.
Adapun tantangan atau pertempuran yang
dialami Ali ketika menjadi khalifah diantaranya:
1. Perang Jamal, adalah peperangan antara Ali dan Aisyah
isteri Rasulullah. Perang ini merupakan perang pertama kali sesame umat muslim,
dari pihak Ali membawa 20.000 pasukan sedangkan dari pihak Aisyah membawa
30.000 pasukan dengan dipimpin oleh tiga orang yaitu:Zubair bin Awwam, Talhah
bin Ubaidillah, dan Aisyah binti Abu bakar. Pada peperangan ini dimenangkan
oleh Ali dan Aisyah sendiri dihormati dan dipulangkan ke Mekah dengan dikawal
oleh pasukan khusus yang diutus oleh Ali. Sedangkan Zubair dan Talhah sendiri
terbunuh dalam peperangan tersebut.
Disebut perang jamal (unta) karena Aisyah
memimpin perang tersebut menunggangi unta.
2. Perang Shiffin, adalah peperangan antara Ali dan
Mu'awiyah. Mu'awiyah adalah anak Abu Sufyan pamannya Ustman. Ia merupakan
pemuka bani umaiyah yang amat disegani dan dipatuhi oleh laskarnya.
Pada peperangan ini hampir saja, dimenangkan
oleh Ali dengan sempurna tetapi Amr bin Ash mengangkat mushaf (al-Quran) dengan
unjung tombaknya, dengan seruan yang ditujukkan kepada lasykar Ali: “inilah
kitabullah yang akan menjadi hakim antara kami dan kamu”. Seruan lasykar
Mu’awiyah ini mendapat sambutan baik dari lasykar Ali dan memperkenankan seruan
itu sehingga terjadilah sebuah Tahkim (arbitrase), yaitu sebuah proses dari
kedua golongan bersepakat bahwa masing-masingnya untuk memilih seorang hakim.
Kedua hakim berkumpul dan berunding membahas sebab-musabab perselisihan,
sehingga di dapat satu jalan untuk menyelesaikannya. Ini terjadi pada bulan
Ramadhan tahun 34H. dari pihak Mu’awiyah diwakili oleh Amr bin Ash sedangkan
dari pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asyari.
Pada peristiwa tahkim ini telah menguntungkan
Mu’awiyah, tetapi keuntungan itu bukanlah karena diumumkan pemberhentian Ali,
dan penetepan Mu’awiyah sebagai Khalifah, melainkan karena peristiwa tahkim itu
telah menimbulkan perpecahan pada kelompok Ali, yaitu menjadi dua kelompok,
pertama kelompok pendukung setia Ali yang disebut dengan syiah, kedua kelompok
yang keluar dari barisan Ali yang disebut Khawarij.
Kaum khawarij mulailah memberontak dan
meninggalkan Ali, dengan alasan bahwa Ali menerima tahkim, padahal kebanyakan
kaum khawarij memaksakan Ali supaya menerima tahkim, sehingga kaum ini
membentuk tiga kelompok yang bertugas untuk membunuh orang-orang yang terlibat
dengan proses tahkim.
Ketiga kelompok tersebut yaitu:
1.
Kelompok yang dipimpin oleh
Abdurahman bin Muljam, yang pergi ke Kufah untuk membunuh Ali.
2.
Kelompok yang dipimpin oleh Barak
bin Abdillah at Tamimi, yang pergi ke Syam untuk membunuh Mu’awiyah.
3.
Kelompok yang dipimpin oleh Amr
bin Bakr at Tamimi, yang berangkat ke Mesir untuk membunuh Amr bin Ash.
Dari ketiga kelompok tersebut yang berhasil
melaksanakan tugasnya adalah Abdurahman bin Muljam yang membunuh Ali ketika
sedang melaksanakan shalat shubuh di mesjid kufah pada tanggal 19 Ramadhan 40
H. dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan 40 H pada
usia 63 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar